Tuesday, September 17, 2013

"Hope Grows From Here" - Shave For Hope 2013


Enam hari sudah semenjak penayangan perdananya dan 2 hari pula berselang setelah penayangan besar di depan publik, saya pikir ini momen yang belum terlambat untuk sharing sedikit banyak tentang sebuah video project terbaru @edodotcom Productions: "Hope Grows From Here".

Sebuah video yang dibuat untuk menyambut Shave For Hope 2013 (SFH2013). Apa itu SFH? Saya yakin teman-teman uda banyak tahu berkat buzzing everywhere anywhere :)
Yap, singkatnya SFH adalah sebuah event gerakan sosial (people's movement) untuk membantu adik-adik kita yang saat ini sedang disayang Tuhan dengan sebuah teman bernama Kanker Anak di RS Dharmais, Slipi, Jakarta.

Di bawah Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (YPKAI) yang diprakasai oleh Steny Agustaf dan Pandji, anak-anak ini diberikan dorongan semangat agar bisa terus percaya akan harapan sembuh. Mental adalah salah 1 faktor kunci untuk anak-anak ini bertahan hidup dan bisa sembuh. Lewat donasi dan penggalangan dana sana-sini, YPKAI turut menyalurkan bantuan bagi keluarga-keluarga yang tidak mampu secara finansial, apalagi mengingat sebagian besar anak-anak penderita kanker di RS Dharmais ini umumnya berasal dari keluarga para-sejahtera.

Berasaskan keinginan untuk #BantuSesama, Shave for Hope (SFH) dimulai semenjak tahun lalu sebagai ajang fundraising. Evio Productions dan AMSA (Asian Medical Students Association) dengan sejumlah donor finansial, media partner, Johnny Andrean Salon, para sponsor, dan relawan-relawati SFH lainnya bergandengan tangan merenda sebuah harapan, memfasilitasi penyediaan sayap-sayap bagi masyarakat luas yang ingin berbagi empati dan membantu anak-anak tersebut agar bisa terbang kembali.

Memasuki tahun ke-2-nya, Shave for Hope digelar di 4 kota besar. Menyaksikan sendiri puncak penyelenggaraan acara ini (SFH Jakarta) 2 hari lalu, komen gw cuma satu: UNBELIEAVABLE! Terlalu banyak hal indah, mengagumkan, dan menyentuh yang terjadi selama 15 jam acara tersebut. Postingan Mas Steny ini setidaknya bisa menggambarkan keluarbiasaan Shave for Hope tahun ini :)

Para Shavees dari Commonwealth Bank

JUTAAN helaian rambut terkumpulkan sebagai bukti empati dan kepedulian untuk #BantuSesama...
PULUHAN RIBU orang, baik perempuan maupun lelaki, dari bayi usia 3 bulan hingga kakek nenek, datang ke event dengan antusias dan beramal mau #BantuSesama...
RIBUAN orang siap sedia berpanas-panas mengantri dan merelakan rambut mereka dipotong guna
#BantuSesama...
RATUSAN performers tampil menghibur semua yang datang dan memberikan dukungan untuk SFH demi
#BantuSesama...
PULUHAN panitia tanpa kenal lelah bekerja melayani dan menyukseskan acara ini supaya bisa
#BantuSesama...
... dengan SATU visi, SATU hati, SATU tujuan: Social Angels, Ayo #BantuSesama!

Wall of Hope untuk #BantuSesama

Behind The Video Project


Visi ini juga sebenarnya yang menjadi dasar keterlibatan saya di Shave For Hope. Meskipun memakai baju panitia di acara kemarin, tapi sebenarnya baru nyemplung di acara ini sekitar 3 minggu sebelum event berjalan. Jadi, kalau ada yang kemarin ketemu gua dan nanya-nanya tentang proses registrasi dan segala halnya, itu maap-maap kalau ternyata menyesatkan. Cuma modal sotoy dan PD aja, hahahaha..
Jubilee Project #DGiC

Anyway...
Sudah lama sebenarnya muncul keinginan untuk bikin video project fundraising, khususnya untuk penderita penyakit berat. Keinginan yang terinspirasi gara-gara Jubilee Project - US YouTubers yang terkenal berkat video2inspiratif untuk good causes #DoingGoodIsContagious. Kalau tertarik lebih jauh tentang mereka bisa dibaca di postingan saya sebelumnya.

Setelah sekian sebentar menggeluti dunia videografi, akhirnya dikasih kesempatan sama Tuhan di tahun 2013 ini. Ernest Prakasa, bak malaikat tersipit yang mungkin pernah ada, mempertemukan gw dengan Steny Agustaf.  Ketemu pertama sama Mas Steny itu 2 minggu jelang hari-H. Setelah paham lebih dalam ttg SFH beserta ekspektasi videonya, proses pre-production resmi dimulai.

Pre-production diawali dengan pengumpulan cerita2ttg perjuangan anak-anak ini dari Mas Erwin selaku relawan YPKAI yang sering berinteraksi dengan anak-anak penghuni Dharmais dan orang tua mereka.  1 cerita yg saya inget banget adalah tentang seorang anak yang jam 1 pagi menghubungi Mas Erwin dan bertanya: "Mas, mati itu ... bagaimana rasanya?"

Digabung dengan cerita-cerita inspiratif dari anak-anak lainnya, akhirnya konsep skenario short movies pun rangkum. Namun... apa daya tangan tak sampai. Film ini hingga kini belum sempat diproduksi karena keterbatasan resources dan kesulitan mendapatkan pemeran anak kecil :(
Akhirnya, rencana pun berubah...
Judul Video Project untuk SFH 2013

Dengan target penayangan video di press conference dan waktu tersisa tinggal 1.5 minggu saja, konsep video diubah jadi video highlights event SFH Bandung, Jogjakarta, dan Surabaya + garage sale yang diselenggarakan Mbak Pungky dan 3 temannya... which means materi utama video pun akan bergantung pada hasil karya seksi dokumentasi SFH di ketiga kota tersebut. Yang challenging adalah fakta bahwa SFH Bandung & Surabaya ini baru dilaksanakan 3 hari sebelum press conference!

Jadi, sembari menunggu kiriman dokumentasi tersebut, saya pikir ada baiknya mengunjungi Dharmais dahulu. Kebetulan tim fotografer (Mas Sandru dan Mas Heret + tim) sudah ada jadwal ke sana untuk pemotretan anak-anak sebagai materi ‘promosi’ event. Ya, Siapa tahu bisa mendapatkan cerita-cerita inspiratif dari anak-anak tersebut untuk difilmkan, sekaligus sebenarnya pengen melihat feasibilitas shoot di sana dan menjadikan anak-anak tersebut sebagai pemeran film yang short movies.

Tahap Production pun dimulai...
Datang ke sana, masuk ke lantai tempat perawatan anak-anak penderita kanker ini, saya sudah langsung dihadapkan pada pemandangan seorang ibu yang sedang nangis di ruang tunggu. Terisak-isak ibu tersebut menangis di bahu saudaranya yang duduk di kirinya, sedangkan di sebelah kanannya duduk 2 anak kecil termenung. Sebuah scene yang langsung buat tekad untuk bikin video for SFH ini makin besar...

Setelah Tyas (relawan YPKAI yang menemani kami) minta izin ke suster, akhirnya kami bisa foto dan shoot 4 anak, karena kondisi anak-anak lainnya sedang drop sehingga tidak bisa diajak ke ruang bermain. Di ruang bermain inilah, seluruh shoot dan foto diambil. Foto-foto keren yang kalian lihat di poster, layar, maupun area panel foto itulah hasil luar biasa dari Mas Heret dan tim :)
Hasil Karya Mas Sandru, Heret dan Tim
Dari sisi video sendiri, to be honest, dari awal sampai pertengahan, gw ga tahu mau shoot apaan. Jadi randomly shoot apa aja yang ada di ruangan tersebut (mainan, anak-anak, aktivitas, dll). Hingga pas jelang akhir kunjungan, enga sengaja nguping perbincangan seorang Ibu dengan Tyas dan Kiki (relawan YPKAI lainnya). Sesekali ibu itu juga terdengar berbicara sambil terisak-isak, namun masih penuh harapan agar anaknya sembuh.



SPONTAN gw minta tolong ke Kiki untuk meminta kesediaan ibu itu diinterview. Pas banget dengan tagline SFH 2013: “Hope Grows from Here”. Dan, ibu itulah yang bisa kalian lihat di video - Ibunda Tessa. Tessa didiagnosa menderita leukemia sejak sebulan lalu. Saat jalan-jalan sama keluarganya pas libur lebaran, badannya tiba-tiba panas dan berhari-hari ga turun. Pas interview, Ibu Tessa beberapa kali menangis dan mencoba tabah. Di akhir interview, dia bilang kalau dia masih sering nangis di kamar dan dikuatkan sama ibu itu (sambil menunjuk ke ibu yang lewat di depan kami).

Ibu ini memiliki 4 orang anak. Anak pertama dan ke-dua sudah meninggal, anak ke-tiga baru saja meninggal, dan si Bungsu kini sedang berjuang melawan kanker. 11 tahun, tidak bisa ngomong, tidak bisa jalan, dan tidak bisa makan dengan normal. Seorang ibu yang sudah bolak balik masuk rumah sakit sepanjang hidupnya hingga sempat merasakan frustrasi, depresi, bahkan hingga amnesia – pergi ke jalanan tanpa sadar dan tertabrak. Yang buat saya kagum adalah kata-kata Beliau ini:
 

“Semua orang bilang ke saya untuk tabah, ini Cobaan dari Yang Atas... Tetapi, bagi saya, ini bukan Cobaan, tapi Hadiah...” :’)

Bila kalian sudah menonton video, suara Ibu inilah yang terdengar di awal video. Karena awalnya enga ada rencana untuk shoot dia dan anaknya juga tidak ada di ruang bermain, jadinya momen dia berbicara seperti di atas tersebut tidak sempat terrekam. Tapi, semoga lewat blogpost ini bisa menginspirasi kita semua..
 
Setelah itu, saya interview juga Ibu Elang. Seorang anak yang pertama kali saya temukan di ruang bermain dan selalu ceria. Rada berbeda dari teman-teman lainnya di ruang bermain, saya melihat Elang sebagai sesosok anak yang sangat ingin diperlakukan dan bermain seperti anak-anak normal lainnya. Ibu Elang juga bercerita gimana anaknya ini sangat yakin dan sangat ingin sembuh, hingga dia kini tidak pernah melawan lagi untuk minum obat, disuntik, diinfus, dan menjalani pengobatan lainnya.

Rangkaian interview inilah yang kemudian saya putuskan menjadi prolog video. How the hope has strongly grown in each of those kids’ heart, been contagious to their parents, and now time for us to get involved in guiding those hopes towards the bright light at the end of the tunnel. Dan, kita bisa #turuntangan untuk itu, melalui sebuah gerakan sosial: Shave for Hope...


Proses post-production sendiri berlangsung sekitar 2 malam. Yang tersulit seperti biasa adalah penentuan film scoring. Dan, akhirnya terpilih lagu The Plan (Tony Anderson), Kiss The Rain (Yiruma), dan One Day (James Everingham). Glad to see how these three songs combined altogether touching everyone's heart to share and care thru Shave for Hope :)

Again, terima kasih banyak kepada semua pihak terkait atas kesempatan untuk terlibat dalam event ini. Semoga cerita di balik proses video ini bisa menginspirasi kita semua akan pentingnya rasa bersyukur dan #BantuSesama. Bersyukurlah selalu sudah diberi kesehatan dan sudah selayaknya kita yang sehat untuk jaga kesehatan. Jangan sampai anak-anak justru jadi korban dari kekurangpekaan kita untuk hidup sehat :)


Sebuah video berisikan highlight event Shave for Hope Jakarta 2013 kini sedang dalam proses pengeditan. Semoga bisa selesai segera dan mendorong kita untuk lebih semangat menyukseskan Shave for Hope 2014! Amin... 

Ayo #BantuSesama :)
"Ayo Bantu Sesama" video project, by @edodotcom Productions


@edodotcom
Dotting. Our. Communities.

Monday, July 22, 2013

Surprise Video Project on 2013

"If there's a light in everybody, send out your ray of sunshine" - Jason Mraz.

Sepetik kalimat yang selalu menginspirasi saya untuk menghargai & berusaha mewarnai hidup sesama menjadi lebih bahagia. Memang usaha tersebut masih sangat jauh dari ideal, namun setidaknya kalimat tersebut selalu berhasil mengetuk pintu hati ini untuk berbuat sesuatu yang saya mampu guna membahagiakan orang lain, meski mungkin cuma dalam salah satu momen singkat di sepanjang hidup mereka.

Semenjak mulai mengenal dunia videografi ini, video surprise bisa dibilang menjadi 'portofolio' project @edodotcom terbesar. Pernah mengalami rasanya kehilangan sahabat dekat yang meninggal tertabrak sekitar 2 tahun lalu semakin mengingatkan diri ini untuk sebisa mungkin membuat video untuk sesama (khususnya mereka yang sudah sangat berjasa dalam hidup saya) selagi mereka dan saya hidup. 

"Through many small miracles, lots of good things will happen" - Bonita.

My Video Project for My Friend Who Passed Away

Surprise video baik untuk birthday, farewell, dan wedding... baik untuk wanita maupun pria... baik single maupun double... semuanya selalu meninggalkan kesan yang sama: Ultimate Happiness :) Kebahagiaan yang menjadi bertambah karena adanya aspek kejutan saat menerimanya maupun saat menontonnya!
Dari dulu ingin sekali sebenarnya selalu merekam ekspresi mereka yang dibuatkan video surprise ini, namun biasanya untuk menambah nuansa kejutan, video lebih sering dikirim - tidak diterima & ditonton saat gua-nya ada di sana. Hehehe.. Tapi, gimanapun juga semua ekspresi kebahagiaan itu, baik yang terlihat maupun yang hanya terdengar, akan selalu memiliki tempat tersendiri di memori saya :)


2013 SURPRISE VIDEO


Bicara tahun 2013 ini, 'Birthday Surprise Video' kembali menjadi tema project besar saya. Birthday video ini ditujukan untuk seorang teman, seorang idola, dan seorang sahabat yang belum lama sebenarnya kenalan, namun sudah sangat membantu perkembangan diri saya khususnya sebagai videografer, yaitu Monika Yulianti. Bagi mereka yang akhir-akhir ini sering bilang "Semenjak pindah kerja (masuk EMTEK), Edo sekarang mainnya sama artis boook!!!" Naaah.. sebenarnya, itu enga ada hubungannya sih sama Emtek. Hahaha.. Salah satu sumber utamanya adalah video project ini :)

Mewakili keluarga dan teman-temannya Monika, saya menginisiasi video project ini sejak awal Mei 2013. Konsep yang diusung di awal sama dengan birthday surprise video yang pernah saya buat di awal 2012 untuk teman saya lainnya bernama, Kico, yaitu: "25 Things About Kico".

 
Birthday Surprise Video: 25 Things About Kico
 
Waktu itu video ini juga diinisiasi oleh saya bersama dengan pacarnya dan didukung oleh teman-teman lainnya yang ikut memberikan testimoni. Masih teringat gimana akhirnya si penerima ini tertawa selama menonton dan nangis seusai menonton.. *padahal konsepnya seram & bahagia*

Non-stop Cry from The Birthday Boy :))
Disesuaikan dengan umur Monika, jadilah rencana awalnya itu konsep "26 Things About Monika". Intinya, akan ada 26 ucapan dari 26 orang berbeda mengenai 26 hal berbeda seputar Monik.

CHALLENGES & LESSON-LEARNED


#1
Tantangan terbesar dalam video project ini adalah relasi saya dengan Monik sendiri yang kayaknya lebih pendek dari waktu panen lele. Berbeda dengan video-video surprise saya lainnya yang mana memang mostly untuk teman-teman kuliah yang sudah kenal lama. Kali ini kita baru kenalan sekitar 2-3 bulan, itupun via twitter doang. Sedangkan, impian video ini adalah bisa mengumpulkan ucapan dari keluarga dan teman-teman Monik... mereka yang totally out of my circle, enga perna ketemu bahkan kenal satu pun... Makanya pas awalnya, rada pesimis project ini bisa jalan.

Tapi, seiring berjalannya waktu, optimisme itu mulai meningkat perlahan-lahan. Apalagi, pas itu, ada aja kejadian-kejadian seolah tanda dari Tuhan untuk "Ayo, Do... ini Gua (Tuhan) kasih kesempatan. Now, it's up to you whether you wanna keep up or give up?!". Tanda-tanda kayak dikasi tiket nonton live The Voice di Indosiar, berkenalan dengan teman baik dan bonyok-nya Monik di Indosiar tersebut, sampai fakta kalau ternyata salah 1 orang yang diidolakan Monik ini adalah orang yang terlibat di video project saya sebelumnya - Soleh Solihun. Kalau ditarik ke belakang lagi juga pas kenalan, saya bilangnya ingin bantu buatkan video untuk dia. Jadi, semakin bulatlah tekad ini. Oooossshh!!!!

Dan, akhirnya sangat bersyukur banget karena sudah decide to GO instead of NO GO. Satu persepsi saya yang sangat berubah berkat video project ini adalah bahwasanya artis-artis itu sebenarnya orang-orang biasa juga seperti kita. Orang-orang yang ramah dan sangat bersedia ikut serta membahagiakan sesama, bahkan untuk sesama yang mungkin mereka enga kenal sama sekali. Untuk menghubungi mereka pun enga sesulit yang dipikirkan. Semuanya hanya modal nekad dan niat, jadilah dari yang kontak via twitter, sms, sampai SKSD nyapa langsung :))


Diawali dengan shooting para talenta luar biasa calon masa depan musik Indonesia *tsaaah* dari The Voice Indonesia (Billy Simpson, Tiara, Agseisa, Saptoto, Leona, Ferdinand, Pritta, Abdi, Santi, Eca, Yola, dan Gilbert), kemudian berlanjut ke band berisikan orang-orang kocak nan artistik yang sering gig dari kafe ke kafe - Southern AM, sampai akhirnya berkesempatan dapat video ucapan dari penyanyi papan atas seperti Bonita dan Glenn Fredly, plus tentunya Kang Soleh Solihun.

Kesempatan untuk bisa berkenalan, ngobrol, membantu satu sama lain dengan nama-nama tersebut benar-benar menjadi pengalaman berharga yang membuat saya sangat bersyukur bisa terlibat dalam video project ini. Saya jadi teringat dengan tweet seorang fotografer inspiratif bernama Edward Suhadi: "When we throw away our ego & pride, there's so much more we can achieve in life. Those are the ones holding us back the most." Definitely TRUE!

#2
Tantangan terbesar ke-dua adalah tantangan klasik saat membuat video surprise, khususnya untuk lawan jenis. Hahaha... Karena persepsi 'negatif' dan pandangan "ini-pasti-ada-maunya" itu mau enga mau pasti masih hinggap di pikiran banyak orang, khususnya mereka yang tidak kenal kita (tim pembuat video) secara dekat.

Sayangnya gua juga bukan tipe orang yang bisa "who-cares-what-people-say"... Jadi, akhirnya setiap kali ngeshoot teman-temannya, selalu spontan ingetin bahwa "ini saya diminta tolong keluarganya untuk jadi videografer". Dan, saat ngeshoot keluarganya, selalu bilang, "...ini video dari teman-temannya juga." Sebenarnya hal ini terjadi karena trauma...

Cerita sedikit pengalaman yang tidak mengenakan yang sebenarnya ampir buat gua mau stop aja buat video surprise.. Pas ngeshoot salah satu testimoni, waktu itu gw berkunjung ke rumah teman Si Yang Ultah ini, rumah orang yang sebelumnya belum pernah kenalan (even ketemuan). Namun, di situlah dia & banyak teman-teman lainnya Si-Yang-Ultah bisa berkumpul. Karena uda dekat deadline, ya udalah saya beranikan diri saja kan ke sana... 
Setelah sampai, persiapan, shoot sana-sini. Sehabis shoot testimoni dari dia & keluarganya, dia bilang "gw sih salut ama usaha lo, Do.. Masalahnya tinggal lo dapat atau enga aja! hahahahahaha.." Pas awalnya, gw anggap itu joke asal aja. Toh orangnya emang uda setengah mabok pas itu. Pas uda selesai shoot semua, dia bilang lagi "Ayo Do sini minum dulu. Uda cape kan lo!" Karena emang keterbatasan fisik gw yang enga bisa nengak alkohol ini, gw tolak. Setelah gw tolak terus, akhirnya dia bilang, "Aaah.. enga asik lo! Ga usah main lagi lah lo ke rumah gua. Ke sini cuma buat ngeshoot doang!" Pas pulang pun, gw say bye ke dia, dia bilang "iya iya uda pulang sana. ga usah datang lagi."

Di titik itulah, sepanjang perjalanan pulang sampai 2 malam setelahnya, semua kalimat tersebut terus terngiang-ngiang di kepala ini. *Sampai sekarang juga masih sih, hahaha* Pure 2-3 hari itu, gw ga menyentuh sama sekali hal-hal berbau video. Pada waktu itu, sempat cerita juga ke teman gw, who is very supportive with my passion on videography. Pada prinsipnya, dia mengingatkan kembali ke tujuan awal video ini.. Kalau memang untuk menyenangkan orang, then just do it. No need to listen to any negative shouts out there.. It's simply true. And, menurut gua... menurut gua pribadi sih inih ya, berbuat sesuatu untuk bahagiakan orang itu lebih keren daripada minum alkohol. :)


Yang terberat sebenarnya adalah fakta bahwa sangat tidak tertutup kemungkinan bahwa yang dibuatkan videonya pun berpikir seperti itu; Dan, akhirnya malah niat "membahagiakan" ini berubah jadi "merisihkan". A trauma that has been haunting my mind all this time. Dan, lewat semakin banyak video-video surprise yang saya buat, besar harapan untuk bisa menghilangkan trauma ini. Kalau pakai slogannya Jubilee Project... #DoingGoodIsContagious. Jadi, bilamana hal ini terjadi pada anda... Meskipun akhirnya trauma ini nantinya muncul dan pasti akan selalu muncul lagi, percayalah bahwa lebih banyak orang yang berpikir positif dan mendukung kita. Yang terpenting adalah terus berusaha membagikan kebahagiaan buat sesama. Man for and with Others. #sloganSMA #HidupKanisius #jadiChauvinisme


Monika's 26th Birthday Video


Yuk mari cyin kita kembali ke kisah birthday video untuk Monik ini. Fokus pertama tetap pada pengumpulan testimoni. Kesulitan mengatur orang-orang untuk memberikan 'kesan tentang Monika' mengakibatkan akhirnya konsep pun berubah jadi 'apapun yang ingin diucapkan untuk Monika'. hahahahahaha.. Saking begitu banyaknya pula orang yang sayang sama dia, konsep 26 orang pun berubah jadi konsep 26 scenes (45 orang). Bahkan, pada akhirnya terdapat 27 scenes karena 2 scenes terakhir datang bersamaan (yang 1 soalnya enga ada kabar2, tapi tiba-tiba jadi ikutan). Finally, konsepnya jadi Greetings dari usia #0 sampai dengan #26 ini. MAKSAAA ABEEESSS! :))))

4 Chapters on Monika's26th Birthday Surprise Video

7 Greetings dari keluarga (Chapter 1), 5 greetings dari teman bermain (Chapter 2), 11 greetings dari kontestan The Voice ID (Chapter 3), dan 4 greetings dari idola Monika (Chapter 4) menghasilkan puluhan kesan & harapan dari sekitar 45 orang untuk 1 tujuan, yakni: Kehidupan yang lebih baik bagi Monika di usianya yang baru :)

Selain testimoni tersebut, I also added couple opening scenes di awal video, yang terbagi jadi 4 bagian:
  • "Back-and-Forth". Membawa Monik dan penonton untuk sejenak kembali ke masa Monik kecil hingga kembali lagi ke hari ini, tanggal 10 Juli 2013, di mana Monik sedang menyaksikan layar kaca TV untuk menonton video surprise ini.
    Note: Big thanks to Mamanya Monik yang sudah membantu mengumpulkan foto-foto lama Monik, dan juga Kartumuu untuk birthday postcard-nya yang keren!!!
  • "Bingkai Seisi Semesta Semua yang Bisa Bercerita": Scene ini adalah scene favorit saya untuk video ini, hehehe.. Dari awal sudah keukeuh untuk memasukkan lagu Tulus ini sebagai intro video. Namun, yang jadi permasalahan adalah scene-nya harus seperti apa. Utak-atik sana-sini akhirnya come up with this writing on blackboard idea ;)
  • "Save The Date": Terinspirasi oleh video "Save The Date"-nya Axioo, saya mengajak teman-teman Monik untuk merangkai kata-kata dari lilin di kaca guna menyambut tanggal 10 Juli ini.
    Note: Big thanks to my Dad yang udah siapin kacanya dan toko mainan online apalah itu namanya untuk lilinnya :)
  • "Life Pilgrimage": Sebuah slideshow foto-foto perjalanan hidup Monika dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2013 dengan iringan lagu "Seasons of Love" dari Rent. Bagian ini tidak bisa disaksikan di YouTube karena permintaan Yang berulangtahun :)
Sekali lagi terima kasih untuk semua yang sudah terlibat dalam video ini. We did make it! YEAAAAY! :) Minta maaf juga untuk mereka yang tidak sempat dishoot atau diundang dalam video ini. Bukan maksud enga mau, tapi lebih karena keterbatasan waktu dan tiadanya kru. Next time semoga kesempatan itu bisa muncul lagi :)

Tanpa babibubebo anymore, please enjoy this 35-minute birthday surprise video...



Detil informasi dari setiap chapter, termasuk OST dan lokasi syuting, bisa diliat lebih mendalam di 'Notes' setiap video yang sudah tersimpan juga di YouTube playlist berikut: http://tinyurl.com/polmfra.

Last but not the least, hopefully this video could be a memorable birthday gift for Monika, a friendly reminder of huge supports and loves from your family & friends, and an inspiration to be a better person. May all of your dreams and everyone's wishes come true! Thanks from me personally for our friendship, your supports, and everything!

Be Happy and God Bless :)


______
@edodotcom
Dotting. Our. Communities.

"Life is a Great Big Canvas and You Should Throw All The Paint You Can on It" - Danny Kaye.

Thursday, June 6, 2013

[Video Project Review] Tulus Medley - Java Jazz Festival 2013 Concert

Halo!

Been a while since my last video project review. Setelah beberapa bulan terakhir ini lebih banyak membuat video untuk channel lain, kali ini kembali lagi dengan video untuk @edodotcom. Karena belum ada materi, jadi akhirnya memutuskan ngedit video pas Java Jazz 2013 kemarin.

Alasan utamanya lebih karena ingin memperkenalkan salah satu single baru sang penyanyi yang memiliki lirik sangat bagus dan unik. Tulus, penyanyi yang mulai mengorbit beberapa tahun terakhir ini dengan suaranya yang empuk dan lagu-lagunya yang easy listening namun berkualitas. Di JJF ini, Tulus membawakan sejumlah lagu di album pertamanya dan cover salah satu lagu Chrisye beserta 1 single barunya yang rencana akan segera dirilis, berjudul "Sepatu".

Karena kebetulan pada saat itu, batere dan memory card lupa dipersiapkan dengan baik, video-video yang diambil tidak ada yang 1 full song. Ditambah enga membawa tripod pada saat itu. Jadilah, diputuskan untuk buat medley-nya saja. Proses editing tersulit sebenarnya di lagu ke-2 "Sewindu", di mana coba membuat lagu antar klip ini mengalir karena pada saat itu cuma ambil sepotong-sepotong. Namun, semoga hasilnya cukup smooth :)

So, hope you enjoy the video!



And, here is an amazing lyrics to his new single which analogizes love story as shoes:

Sepatu
By: Tulus

Kita adalah sepasang sepatu
selalu bersama tak bisa bersatu
Kita mati bagai tak berjiwa
bergerak karena kaki manusia


Aku sang sepatu kanan
Kamu sang sepatu kiri
Ku senang bila diajak berlari kencang
tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
tapi aku takut kamu kedinginan


Kita sadar ingin bersama
tapi tak bisa apa-apa
Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
 

Di dekatmu kotak bagai nirwana
Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya

 
“Cinta memang banyak bentuknya, mungkin tak semua bisa bersatu”




Cheers,
@edodotcom
Dotting Our Communities

Saturday, May 11, 2013

Why Should We Support & Vote for Monika on TVI? (Inspired by: True Colors)


I’m singing to someone who… is having a difficult time.
And, sometimes you just have to be like I see for whom you are and that’s beautiful.
But, sometimes you also need someone to tell you the same thing.
- Michelle Chamuel, The Voice US Season 4 contestant (video: here)-


Watching this “True Colors” performance and absorbing its lyrics made me realize how blessed I am to have the opportunity of working altogether with Monika Yulianti, one of The Voice Indonesia (TVI) contestants.

I personally knew Monik only for less than 3 months. I remembered watching her for the first time on TVI Blind Audition. She sang Sarah McLachlan’s “Angels”. For any of you who have ever had her/his best friend leaving this world forever, this song might mean a lot.

Listening to someone singing it soulfully with a deep feeling and heart, I was deeply touched. I remembered what she said on her first introduction at TVI: "For me, music is passion. Music is a way to express our heart, to communicate our heart out." Watching that her first performance, without any doubt, I put her as my favorite on TVI.

I then found out her SoundCloud. Her recordings simply showed how special singer she is. Well, she’s beautiful, indeed. But, what appeals me more is how she always sings out her heart. I believe this kind of person won’t sing the song that she’s not comfortable. It might take time for her to learn the song before singing it. But, when it takes place, magical moment will happen. That’s what I firstly thought without having any chance to meet or chat directly with her.

Based on my previous experience filming with someone that’s totally out of my circle, I tried to contact her thru social media. As I guessed, it’s true that this person must have had big heart. As time went by, I got the chance to know her further and work together. For me, it’s always an unbelievable bless to know & learn from someone you admire. Moreover, we both kinda like the same genre. The big difference is I can’t sing, she sings too well.

No sooner had I known her, she published her new cover, which is this Cindy Lauper’s “True Colors”. I knew how vulnerable this song is and the lyrics itself is quite personal. It will only feel that way if it’s brought by amazing singer. Then… Again, she impressed me.

Afterwards, I’ve got the chance to work altogether with her. Thou our big project hasn’t come into plate, we did make several videos. Almost all of them are her live jamming performance with Southern AM. Before, my experience on making video clips / music live performance was zero. However, Monika & Southern AM gave me those chances. Big thanks for that :)


If you’re interested to watch their performances on my edited videos, you can check to this channel: @monikaNfriends. We made several videos, yet only published some of them to public. Nevertheless, you can still enjoy how beautiful Monik’s voice is and how great Southern AM’s play is :)

I’m writing this blog NOT because Monik told me to do so. Yet, it’s purely coming from myself. Moreover, within this week, I made several videos about her art pieces as well as her journey on The Voice Indonesia from blind audition up to current stage. It really made me realize how great she is. Thus, I decided to finish those videos and post this blog. Hope you enjoy these videos (please check it: here). They speak the truth. :’) 


Compared to other contestants, Monika might have the least experience on singing competition. As far as I know, The Voice is her first-time experience on big singing competition. However, I know how hardworking and perfectionist she is. Thus, I do believe things will get better from here for her!

All in all, I would like to invite all readers / viewers to pray and support Monika for her further journey on The Voice Indonesia. Today (Sunday, May 12, 2013) will be her 4th performance on national TV at The Voice Indonesia Top 16.


Simply SMS “VOICE MONIKA” to 7288. It’s only IDR 2,200 / SMS!
Send as many as possible! Thanks & really appreciate it ;)
I know some of us might not be interested with this SMS stuff. I won’t force you either. But, I just wanna let you know that Indonesia has another great talent here! Let’s keep supporting her :)

Thank you for hoping over my blog and watching my videos.
God bless you all!


______
For Monika,
Once again, thank you for everything – for your voice & singings, our friendship, and the opportunity of working together. 
I wish you all the best of bless and luck on the next rounds!
Be confident, fearless, and inspiring!
Just believe how great you are…
Don’t think, just sing, and enjoy every minute there =)

For the final words, let me quote this beautiful & inspiring “True Colors” lyrics:
“You with the sad eyes...
Don’t be discouraged,
thou I realized… it’s hard to take a risk.

In the world, full of people,

You can lose sight of it all.
And the darkness inside you 
can make you feel so small.

But, we see your true colors shining through!
We see your true colors… And that’s why we love you
So, don’t be afraid
To let them show your… True colors, True colors.
Your true colors are beautiful… like a rainbow”
 
#Believe #Persistence #Patience #Prayers
God Bless you!

Sunday, April 7, 2013

How CMT Convergence & Reality Show Bridged Me with Live MV Experience (Part 1)

It's been a month of my tenure working on media industry. Lots of insights and experiences gained along the way. I finally figured out why some people could be so chauvinist of their company's products :))
 However, my post here was fully written under objective judgement :)
 
Working on Business Development function essentially drives me to think about the future of the Company & industry. In brief, at this moment, all media companies around the world basically are going towards the same trend: Convergence, specifically CMT convergence. It's a terminology for the combination of Communication, Media, and Technology (CMT).
CMT Space

Now, we all can taste the delicateness of using mobile phone for communication, internet, movies, audios, etc. In several developed countries, there have been lots of development on mobile TV, where basically by plugging in a dongle, we can watch all TV channels on iPad / any other tablets. And.... many more CMT convergence development beyond our imagination.

Not only had the hardware (TV set) adopted the convergence, but also the software (TV programs, artists, fan base, etc) itself has also transformed towards this trend. One of the concrete examples is how current talent show utilized twitter to get more viewers & higher ratings.

Indonesian Talent Shows

It's interesting to talk about Indonesian talent shows. At this moment, we have 3 popular shows (excluding the ones for kids), i.e.: IMB / Indonesia Mencari Bakat (Trans TV),  X-Factor Indonesia (RCTI), and The Voice Indonesia (Indosiar). All are broadcasted by the biggest audience-share media groups (MNC, EMTEK, and Transcorp.). Without any means to expel IMB, X-Factor and The Voice have been competing tightly to be the best current Indonesian talent show, specifically in singing.
Indonesian Talent Shows

They're both utilizing social media intensively to get more audience shares. The show itself has twitter account as well as the coaches, contestants, even the contestants' fan base. Each has different CRM (customer relationship management) approach via this twitter: X-Factor are used to broadcasting the tweet for each contestant after he/she finished performing, while The Voice still use pop-up feature to broadcast the viewers' tweets. Besides twitter, they also upload their videos on YouTube, something which might be new for Indonesian TV show.

Adopting the same format from US programs, X-Factor and The Voice have rivaled not only in US but also here. Moreover, the shows are also coming on the nearby period, thou X-Factor Indonesia started earlier. There have been lots of debates on deciding which one is the best singing competition show between these two + American Idol. Based on my quick research, I found out that The Voice has surpassed American Idol and X-Factor (some references: dailynews, Reality Nation, USA Today). And, how is it going for the Indonesian versions?

The Voice VS Idol VS X-Factor

Here are my thoughts...

X-Factor Indonesia VS The Voice Indonesia

Untuk pembahasan ini, mending pakai Bahasa Indonesia saja :)
Sebagai penggemar US singing reality shows, awalnya saya mengikuti Idol. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya acara sejenis, perhatian mulai teralihkan ke The Voice. Kemudian, muncul X-Factor. Namun, dari keseluruhan acara itu, hanya The Voice yang selalu ditonton setiap season. Oleh karena itu, sangat menarik saat tahu bahwa (akhirnya) The Voice masuk ke Indonesia.

Secara personal, ada beberapa alasan utama kenapa The Voice (versi negara manapun) menjadi lebih menarik dibandingkan yang lain:
  1. Format / Konsep
    Alasan paling mendasar adalah format acara yang menarik, penuh dengan unsur "game" tanpa mengindahkan keindahan talenta menyanyi dari setiap kontestannya. Hal ini mungkin sebagian besar dilatarbelakangi oleh keberadaan Mark Burnett (yang buat seri "The Survivor") sebagai produser acara ini. Continuous improvement dan kejutan pun terus diterapkan di setiap season, sebagaimana adanya tweak STEAL semenjak Season 3 di The Voice US.

  2. Kontestan
    Game
    atau Permainan pada dasarnya bersifat fun dan berarti tidak selalu harus serba serius. Tantangan terbesar bagi The Voice adalah memastikan keseimbangan antara unsur fun dan unsur keseriusan ini. Dan, IMO, The Voice selalu berhasil mengatasi problem ini dengan menyajikan talenta-talenta yang juga sama bagusnya dengan si konsep.

    Mereka melakukannya dengan tidak hanya bergantung pada mereka yang mau mendaftar, tapi juga menjemput bola kepada sejumlah nama yang memang belum memiliki banyak kesempatan untuk menjadi bintang (underrated artists). Di sinilah peran talent hunters sangat penting. Dan, sejauh mata memandang, The Voice always amazed me with its contestants' talents.

  3. Juri (Coach)
    Dibandingkan mengambil konsep juri / judge seperti Idol atau kompetisi menyanyi konvensional lainnya, The Voice mengambil pendekatan yang berbeda, yakni: pelatihan (Coach). Hal yang sama sebenarnya digunakan oleh X-Factor. Bedanya coach di The Voice sudah memilih sejak awal tanpa mempedulikan fisik peserta (blind audition), sedangkan X-Factor memilah kontestan menjadi milik coach siapa setelah memasuki sejumlah babak audisi. Bagi sebagian penonton, hal ini mungkin menjadi daya tarik tersendiri karena dinilai lebih objektif.

    Namun, berbicara pandangan personal saya lagi, yang lebih menarik dibahas sebenarnya bukan konsep pemilihan sejak awal / tidak, melainkan aspek pembagian porsi anak didik per coach dengan konsep demografi (usia, kelamin, individu / grup, etc)...
    .... yang mana justru menjadi bumerang. Karena apa yang diinginkan oleh penonton (khususnya swing voters - bukan fans / kenalan kontestan) essentially adalah talenta-talenta yang terbaik, tanpa peduli usianya / jenis kelaminnya / faktor fisik lainnya. Jadi, sangat disayangkan kalau ternyata yang bagus-bagus misalkan sebagian besar berasal dari kelompok usia >30 tahun. Sedangkan, untuk kelompok tersebut hanya bisa meloloskan 4 orang ke babak live show. Mungkin ini alasan kenapa beberapa orang mengatakan bahwa X-Factor bukan kompetisi menyanyi saja, yang mana merupakan sebuah paradigma yang sulit diterima oleh khalayak.

    Keuntungan natural ini bagusnya juga berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh The Voice melalui penyajian coaches yang berkualitas dan menghibur. Kalau di The Voice US, perdebatan, kelakuan, dan jokes Blake Shelton VS Adam Levine adalah salah satu key success factors dari acara tersebut.


Berbicara di dalam konteks Indonesia, kompetisi ini juga sudah mulai dirasakan. Bagi kalian yang sering menonton kedua acara ini via YouTube, coba sering-sering membaca komentar di bawah video! Siapapun yang ditampilkan di klip YouTube tersebut, pasti ada saja komentar yang mengatakan acara "ABC adalah kompetisi yang terbaik! XYZ ga ada apa-apanya!" plus berbagai alasannya. Selalu ada pro dan kontra, namanya juga kompetisi kan :)
Contoh Perang Reality Show di YouTube

Tapi, kalau saya pribadi tetap lebih menyukai The Voice. Alasannya sederhana karena ketiga aspek utama di atas. Meskipun perlu diakui bahwa sejauh ini kualitas audio maupun visual X-Factor lebih baik dibandingkan The Voice. Namun, secara kualitas kontestan dan juri / coach, selera saya masih mengunggulkan The Voice Indonesia (TVI).
Perang Komentar Akibat Lagu Sama Dinyanyikan Kontestan TVI Maupun X-Factor

Dalam kesempatan ini, saya lebih memilih untuk tidak membicarakan kelemahan mendetil dari masing-masing acara. Toh, itu hanya menimbulkan masalah baru. Yang lebih penting sebenarnya adalah membahas tantangan The Voice Indonesia / TVI (pada khususnya) dan Indosiar (pada umumnya) ke depannya, khususnya menjelang memasuki babak live show ataupun next seasons, yaitu:
  1. How to satisfy both Indosiar's market segment + incumbent TheVoice fans
    Pada prinsipnya, Indosiar ini memiliki target pasar kelas menengah ke bawah (SES BCD). "Tersanjung" sinetron ratusan episode itu maupun sinetron dengan naga + elang terbang adalah salah satu contohnya. Jadi, bisa dikatakan, baik sebelum maupun sesudah diakuisisi EMTEK, strategi ini tampaknya masih sama. Apalagi mengingat EMTEK sudah memiliki SCTV, channel TV dengan target pasar kelas menengah ke atas (SES AB).

    Bingung sekaligus menarik sebenarnya mengulik kenapa The Voice disiarkan di Indosiar, bukan di SCTV. Bicara pengalaman, memang Indosiar lebih berpengalaman daripada SCTV dalam hal singing reality competition, seperti: AFI, MamaMia, dll. Tetapi, alasan pastinya apa? I am not the right person to answer it.

    Yang harus menjadi concern sebenarnya adalah bagaimana TVI bisa merebut hati seluruh segmen pasar (SES ABCD) untuk nonton Indosiar. FYI, bagi yang belum mengerti apa itu SES, SES adalah singkatan untuk Socio-Economic Segment, sebuah terminologi yang biasanya digunakan untuk mengkategorisasikan masyarakat berdasarkan kondisi sosial dan ekonominya, di mana SES A adalah segmen pasar dengan pemasukan dan pengeluaran terbesar & SES D sebaliknya.

    Beberapa kali liat di komen YouTube maupun komentar teman-teman, tidak sedikit yang menyatakan tidak nonton TVI karena ditayangkan di Indosiar, sebuah channel yang mereka anggap penuh dengan acara-acara kurang berkualitas (secara spesifik, ada yang menyebut sinetron penuh dengan binatang-binatang terbang tersebut), suara dan gambarnya juga jelek dibandingkan channel-channel top lainnya.

    Bagi SES CD, ajang ini mungkin sesuatu yang baru dengan konsep yang sangat menarik. Ditambah faktor Indosiar sebagai channel pilihan mereka. Namun, bagus tidaknya singing reality show juga harus bergantung pada kelas AB, apalagi lagu yang ditampilkan juga lagu selera kelas atas.

    Bagi SES AB sendiri, ekspektasi mereka akan acara ini mungkin cukup tinggi, apalagi bagi mereka yang sudah terbiasa dengan The Voice US / UK / lainnya (sebut saja mereka: incumbent fans). Apabila memungkinkan, tim TVI mungkin bisa memikirkan tweak seru & unik seperti "Steal" - ambil kontestan juri lain yang tereliminasi di battle round, ataupun drama pemilihan kontestan jatah terakhir seperti di The Voice UK (Jay Ellington - Will.i.am team)

    TVI Coaches
    Harus dipastikan juga coaches TVI menjadi diri mereka sendiri dan tidak meniru coaches The Voice lainnya. Komentar-komentar yang dikeluarkan juga harus berbobot, objektif, dan menghibur. Risiko menggunakan konsep coach adalah subjektivitas penilaian. Namun, selama keputusan akhir tidak selalu ada di tangan coach, seharusnya hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Sejauh ini, saya merasa terhibur dengan juri-juri TVI, khususnya Kang Armand!

    Memperbaiki program-program di luar TVI mungkin bisa menjadi solusi, tapi it takes time. So, better memikirkan strategi internal TVI untuk mengemas acara menjadi lebih elegan dari berbagai aspek: visual editing, audio, MC, stages, pengambilan gambar, dan iklan-iklan yang dikemas lebih menarik & tidak terlalu berlebihan. Strategi pemberian bocoran via twitter juga harus diperhatikan agar tidak sampai terlalu spoiler dan membuat rasa penasaran penonton berkurang signifikan.

  2. How to provide better visual & audio
    Seperti yang sudah disebutkan di point #1, TVI dan Indosiar harus memikirkan pula bagaimana menyajikan pengambilan gambar, editing, dan pengemasan AuVi yang lebih berkelas. Beberapa teman saya banyak yang mengeluhkan masalah ini. Beberapa kali nonton, saya sendiri juga merasakannya. Dan, saya harus akui bahwa X-Factor Indonesia unggul dalam aspek ini.

    Dari sisi visual, TVI harus memastikan timing audio dan visual yang tepat (jangan seperti dubbing yang terlambat / kecepatan), transisi antar klip juga harus lebih smooth (tidak terlalu patah-patah atau mendadak), pengambilan gambar dibuat lebih elegan dan tidak membosankan (jarang terlihat manuver-manuver kamera yang menarik seperti contoh American Idol yang seringkali close up memutari kontestan), dan kualitas warna Indosiar yang somehow berbeda dengan channel TV lainnya (apa mungkin gara-gara gelombang radio yang digunakan berbeda?).

    Dari sisi audio, sebenarnya saya tidak terlalu mempermasalahkan. Karena saya juga bukan ahlinya dalam bidang audio, jadi takkan berbicara banyak tentang ini. Tapi, besar harapan, pada saat live show yang mana pasti akan menjadi lebih sulit daripada tapping babak audisi, TVI dan Indosiar harus bekerja lebih keras lagi untuk memastikan adanya perbaikan untuk kedua hal ini guna tidak melemahkan sejumlah keunggulan natural yang sudah dimiliki oleh The Voice.
  3. How to lead the Contestants to promising future
    Entah kebetulan atau tidak, namun juara singing reality show yang paling sukses umumnya berasal dari Idol, baik itu di US maupun Indonesia. Selain faktor kualitas, tentunya faktor komersial memiliki peran besar di sini. Namun, sebelum bicara ke nasib pemenang kontes, TVI juga harus memastikan jangan sampai penampilan bagus yang terlihat di audisi malah justru memburuk saat live show, yang mana somehow IMO terjadi di reality show seberang. Peran coaches akan sangat besar dalam hal ini.

    Tantangan tersendiri pula bagi Indosiar, yang sudah pernah menelurkan sejumlah juara kontestan menyanyi seperti AFI, bagaimana lantas talenta-talenta bagus ini kemudian ditindaklanjuti atau setidaknya dijembatani menuju karir yang lebih baik. Sejauh ini, jebolan kompetisi menyanyi yang sukses berkelanjutan menjadi artis papan atas di belantika musik Indonesia berasal hanya dari Indonesian Idol (meskipun tidak semua). Hal inilah yang harus dicontoh oleh TVI guna menempatkan posisinya sebagai tidak hanya acara unggulan pemirsa, tapi juga unggulan peserta dengan bakat-bakat luar biasa. Otherwise, nasib TVI bisa berujung seperti AFI yang semakin lama semakin mengalami penurunan kualitas.
Jebolan Indonesian reality show yang meroket

At the end...
Ini semua hanyalah pendapat pribadi yang coba saya rangkum bersamaan dengan pengamatan dan penelitian singkat. Tidak ada maksud menjelekkan ataupun merendahkan acara apapun. Saya sebagai penikmat musik & penyanyi Indonesia serta penyuka reality show tentu sangat bersyukur dengan semakin banyaknya singing competion di Indonesia. Mata pun semakin terbuka bahwa kualitas suara dan musikalitas orang Indonesia itu sinting bagusnya! Ga peduli agama, warna kulit, ras, fisik, gender, kita semua pasti semakin bangga dan puas!!! 
Tinggal bagaimana semuanya itu sekarang dikelolah dan dikemas dengan baik oleh program TV maupun stasiun TV terkait. Dan, semoga tulisan ini bisa berguna dengan tujuan ke arah tersebut :)

Thank you for reading!


NB: the relationship between my above insights with my latest experience on filming live music will be discussed later on separated post, the 2nd part :)


Peace, Love, and Community
@edodotcom